Pengakuan Pembantu yang Selamat dari Pembantaian Keluarga Dodi, Pelakunya…
Pengakuan Pembantu yang Selamat dari Pembantaian Keluarga Dodi, Pelakunya…
Sejumlah kerabat korban pembunuhan berada di lokasi rumah korban Pulo mas utara, Jakarta, Selasa (27/12/2016). HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS
Pembunuhan sadis dengan korban satu keluarga menggemparkan publik kemarin (27/12). Tragedi itu terjadi di rumah seorang arsitek yang bernama Dodi Triono, 59, di Pulomas, Jakarta Timur. Enam di antara sebelas penghuni rumah tewas setelah disekap di kamar mandi pembantu berukuran 1×2 meter selama 18 jam. Seorang pembantu yang berhasil diselamatkan menceritakan, pelaku berjumlah tiga orang.
“Keterangan pembantu, ada dua yang menodong korban pakai pistol dan satu lagi bawa golok,” ujar Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Hendy F. Kurniawan di lokasi kejadian kemarin.
Hendy menyampaikan, pelaku mendatangi rumah Dodi Triono pada Senin sore (26/12). Korban pertama adalah Yanto, sopir Dodi. Dia ditodong pistol di depan pagar. “Saat itu Yanto baru mau mengeluarkan mobil. Ketika buka pagar, datang para pelaku,” ucapnya.
Namun, Hendy belum dapat memastikan hal tersebut. Sebab, polisi masih mendalami kasus itu dan meminta keterangan dari para saksi lain. Di rumah korban, kemarin polisi menghentikan olah tempat kejadian perkara (TKP) sekitar pukul 16.00, berbarengan dengan dibawanya lima jenazah korban ke RS Polri.
Sementara itu, satu jenazah atas nama Tasrok sudah dibawa ke RS Kartika siangnya. Saat itu nadi Tasrok memang masih berdenyut. Namun, dalam perjalanan ke rumah sakit, dia meninggal dunia.
Kapolda Metro Jaya Irjenpol M. Iriawan mengatakan, pihaknya belum mengetahui motif pembunuhan. “Apakah ini perampokan, pembunuhan berencana, atau keduanya, masih kami dalami. Soalnya, nggak ada barang yang hilang,” kata jenderal bintang dua itu di lokasi kejadian.
Sugeng, 32, salah seorang pembantu Dodi di rumah lainnya (rumah Dodi tidak hanya satu), mengaku sudah mengecek CCTV. Namun, dia mendapati rekaman sudah hilang. “Pas saya cek, rekamannya nggak ada,” katanya.
Sugeng memang yang pertama datang ke rumah Dodi. Dia datang bersama seorang warga bernama Lutfi dan ketua RW setempat, Abdul Gani, 45. Sugeng mendatangi rumah tersebut setelah ditelepon teman Diona Arika Andra Putri, anak Dodi.
Ceritanya, kemarin sekitar pukul 08.30 Sheila Putri dan Evan Sandreho (teman Diona, 16, putri Dodi) datang ke rumah tersebut. Sheila dan Evan memang biasa berkunjung untuk bermain bersama Diona.
Sheila dan Evan menghubungi ponsel Diona, tapi tidak aktif. Setelah itu, mereka menghubungi Sugeng, pembantu di rumah kedua Dodi di Pulomas Residence.
Sugeng kemudian mengajak Lutfi dan Ketua RW Abdul Gani untuk mendatangi rumah korban pada pukul 09.00. Sugeng mencoba menelepon Dodi dan anak-anaknya, tapi semua ponsel tidak aktif. Yang mencurigakan, pintu gerbang rumah tertutup, tapi gemboknya terbuka.
Mereka kemudian masuk melalui pintu utama. Alangkah kaget mereka, ternyata pintu tidak terkunci. Mereka bertiga kemudian berpencar untuk memeriksa rumah. Ada yang menuju bagian belakang, ada juga yang mengecek ke lantai 2.
Di dalam rumah, Sugeng melihat kunci-kunci mobil berserakan di lantai. Lalu, dia mengecek kamar mandi belakang. Saat itu Sugeng mendengar teriakan salah satu korban, Gemma Dzalfayla, anak Dodi yang kemudian ditemukan tewas. Tapi, Sugeng tidak berani mendobrak pintu kamar mandi. Ketika itu pintu kamar mandi pembantu tersebut dikunci dari luar dan gagang pintu dipatahkan.
Sugeng, Lutfi, dan Gani lalu melapor ke pos polisi Kayu Putih. Polisi datang ke TKP sekitar pukul 09.30. Polisi dan para saksi langsung mendobrak pintu kamar mandi dengan linggis.
Begitu pintu terbuka, semua mata terbelalak. Mereka melihat sebelas orang bertumpuk dan berimpitan di kamar mandi berukuran 2×1 meter. (gum/c11/nw)
Sejumlah kerabat korban pembunuhan berada di lokasi rumah korban Pulo mas utara, Jakarta, Selasa (27/12/2016). HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS
Pembunuhan sadis dengan korban satu keluarga menggemparkan publik kemarin (27/12). Tragedi itu terjadi di rumah seorang arsitek yang bernama Dodi Triono, 59, di Pulomas, Jakarta Timur. Enam di antara sebelas penghuni rumah tewas setelah disekap di kamar mandi pembantu berukuran 1×2 meter selama 18 jam. Seorang pembantu yang berhasil diselamatkan menceritakan, pelaku berjumlah tiga orang.
“Keterangan pembantu, ada dua yang menodong korban pakai pistol dan satu lagi bawa golok,” ujar Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Hendy F. Kurniawan di lokasi kejadian kemarin.
Hendy menyampaikan, pelaku mendatangi rumah Dodi Triono pada Senin sore (26/12). Korban pertama adalah Yanto, sopir Dodi. Dia ditodong pistol di depan pagar. “Saat itu Yanto baru mau mengeluarkan mobil. Ketika buka pagar, datang para pelaku,” ucapnya.
Namun, Hendy belum dapat memastikan hal tersebut. Sebab, polisi masih mendalami kasus itu dan meminta keterangan dari para saksi lain. Di rumah korban, kemarin polisi menghentikan olah tempat kejadian perkara (TKP) sekitar pukul 16.00, berbarengan dengan dibawanya lima jenazah korban ke RS Polri.
Sementara itu, satu jenazah atas nama Tasrok sudah dibawa ke RS Kartika siangnya. Saat itu nadi Tasrok memang masih berdenyut. Namun, dalam perjalanan ke rumah sakit, dia meninggal dunia.
Kapolda Metro Jaya Irjenpol M. Iriawan mengatakan, pihaknya belum mengetahui motif pembunuhan. “Apakah ini perampokan, pembunuhan berencana, atau keduanya, masih kami dalami. Soalnya, nggak ada barang yang hilang,” kata jenderal bintang dua itu di lokasi kejadian.
Sugeng, 32, salah seorang pembantu Dodi di rumah lainnya (rumah Dodi tidak hanya satu), mengaku sudah mengecek CCTV. Namun, dia mendapati rekaman sudah hilang. “Pas saya cek, rekamannya nggak ada,” katanya.
Sugeng memang yang pertama datang ke rumah Dodi. Dia datang bersama seorang warga bernama Lutfi dan ketua RW setempat, Abdul Gani, 45. Sugeng mendatangi rumah tersebut setelah ditelepon teman Diona Arika Andra Putri, anak Dodi.
Ceritanya, kemarin sekitar pukul 08.30 Sheila Putri dan Evan Sandreho (teman Diona, 16, putri Dodi) datang ke rumah tersebut. Sheila dan Evan memang biasa berkunjung untuk bermain bersama Diona.
Sheila dan Evan menghubungi ponsel Diona, tapi tidak aktif. Setelah itu, mereka menghubungi Sugeng, pembantu di rumah kedua Dodi di Pulomas Residence.
Sugeng kemudian mengajak Lutfi dan Ketua RW Abdul Gani untuk mendatangi rumah korban pada pukul 09.00. Sugeng mencoba menelepon Dodi dan anak-anaknya, tapi semua ponsel tidak aktif. Yang mencurigakan, pintu gerbang rumah tertutup, tapi gemboknya terbuka.
Mereka kemudian masuk melalui pintu utama. Alangkah kaget mereka, ternyata pintu tidak terkunci. Mereka bertiga kemudian berpencar untuk memeriksa rumah. Ada yang menuju bagian belakang, ada juga yang mengecek ke lantai 2.
Di dalam rumah, Sugeng melihat kunci-kunci mobil berserakan di lantai. Lalu, dia mengecek kamar mandi belakang. Saat itu Sugeng mendengar teriakan salah satu korban, Gemma Dzalfayla, anak Dodi yang kemudian ditemukan tewas. Tapi, Sugeng tidak berani mendobrak pintu kamar mandi. Ketika itu pintu kamar mandi pembantu tersebut dikunci dari luar dan gagang pintu dipatahkan.
Sugeng, Lutfi, dan Gani lalu melapor ke pos polisi Kayu Putih. Polisi datang ke TKP sekitar pukul 09.30. Polisi dan para saksi langsung mendobrak pintu kamar mandi dengan linggis.
Begitu pintu terbuka, semua mata terbelalak. Mereka melihat sebelas orang bertumpuk dan berimpitan di kamar mandi berukuran 2×1 meter. (gum/c11/nw)
Pengakuan Pembantu yang Selamat dari Pembantaian Keluarga Dodi, Pelakunya…
Reviewed by Unknown
on
23.49
Rating: