KALAU ANDA MASIH PUNYA HATI MOHON DO'A NYA...SUNGGUH TERAGIS.!! GADIS DI DAERAH INI BANYAK YANG MENINGGAL KARENA M3NSTRUASI. MOHON BANTU SHARE AGAR BANYAK YANG MENDO'AKAN.
KALAU ANDA MASIH PUNYA HATI MOHON DO'A NYA...SUNGGUH TERAGIS.!! GADIS DI DAERAH INI BANYAK YANG MENINGGAL KARENA "M3NSTRUASI". MOHON BANTU SHARE AGAR BANYAK YANG MENDO'AKAN.
Kemalangan menimpa seorang perempuan asal Nepal. Roshani Tiruwa, remaja putri berusia 15 tahun yang bermukim di Desa Gajra, Daerah Acchman, kurang lebih 440 KM dari Kathmandu Barat, meninggal dunia karena diasingkan selama masa haid.
Hasil gambar untuk foto desa yang mengerikan dan orang wanita banyak yang meninggal
Di Nepal, setiap perempuan yang sedang datang bulan diharuskan menjalani ritual Chhaupadi, yang bila diterjemahkan secara bebas berarti “tidak tersentuh”. Chhaupadi dijalankan dengan cara mengasingkan diri. Selama masa menstruasi, perempuan dilarang masuk ke dalam rumah mereka sendiri. Alasannya? Karena mereka dianggap sedang tidak suci dan oleh karenanya, membawa sial.
Para pemuka agama yang dianut di sana tidak dapat menjelaskan mengapa perempuan mengalami siklus menstruasi setiap bulannya. Oleh sebab itu, lantas mereka menganggap darah haid adalah kotor dan merupakan ancaman bagi keselamatan jiwa. Wanita yang sedang mendapatkan siklus mens lalu dipaksa tidur dan tinggal di kandang, gudang, lumbung, atau pondok alakadarnya yang kotor, pengap tanpa ventilasi—setiap bulannya. Beberapa bahkan membuat gubuk kecil di bawah tanah.
Itulah rupanya yang dialami oleh Roshani Tiruwa. Sepertinya ia mati lemas. Ayahnya baru menemukan jasad Tiruwa hari Minggu pagi. Mayatnya terbujur kaku di dalam pondok yang terbuat dari lumpur, seperti dilansir dari dream.co.id (22/12/2016).
“Kami menunggu laporan otopsi untuk mengidentifikasi penyebab kematiannya. Kami percaya dia mati lemas. Korban menyalakan api untuk menghangatkan badan sebelum tidur di dalam kandang yang tidak ada ventilasi itu,” jelas Badri Prasad Dhakal, kepala kepolisian setempat, sebagaimana dikutip Reuters.
Wanita yang menjalani ritual Chhaupadi tidak boleh
mendekati rumah bahkan tidak diperbolehkan menggunakan air. Makanan dengan porsi sedikit diberikan dengan cara dilemparkan dari jarak yang terbilang “aman”, semacam “batas suci”. Tapi tanpa susu. Tidak diperbolehkan minum susu selama pengasingan.
Sebagai penutup ritual sehabis masa menstruasi,
jangan kaget; perempuan diharuskan meminum urine kerbau dan atau mencipratkan urine sapi ke sekeliling mereka. Sapi dan kerbau dianggap sebagai binatang suci. Tradisi penyucian dilakukan dengan menenggak air kencing hewan suci tersebut. Diharapkan kenajisan mereka akibat darah kotor akan lenyap, kesialam juga sirna, dan mereka pun kembali tahir. Dalam prosesnya, urine wajib diambilkan oleh perempuan yang belum menikah.
Sebenarnya ritual dan tradisi ini sudah dihilangkan oleh pemerintah sejak 2005. Bahkan 2006 pemerintah telah melakukan sweeping dan memusnahkan gubuk atau pondok tempat pengasingan selama haid untuk melakukan ritual Chhaupadi. Namun, penduduk setempat tetap melanjutkan menjalani ritual yang sudah ditradisikan ini. Gubuk serupa terus dibangun kembali. Karena tanpa gubuk, para wanita akan jadi lebih menderita lagi lantaran harus tidur di luar tanpa atap dan perlindungan.
Salah satu wilayah yang masih terus melanjutkan ritual ini adalah Kathmandu Barat. Lokasinya yang terletak di dataran tinggi Nepal, 1000 KM jaraknya dari Kathmandu ibu kota, membuat wilayah ini menjadi lebih terbelakang. Jangankan untuk mengakses pendidikan tinggi, akses jalan dan transportasi pun terbilang sulit. Para wanita muda di Khatmandu Barat rata-rata tidak bersekolah karena ekonomi lemah.
Sayang sekali. Jika saja penduduk dan perempuan setempat telah menerima pengetahuan seluk-beluk apa saja yang terjadi dalam organ reproduksi tubuh wanita tiap bulannya, maka kematian akibat Chhaupadi ini tidak perlu terjadi.
Sebelumnya, tradisi pengasingan diri ini juga pernah merenggut nyawa Sarmila Bhul, Februari 2014 silam. Diduga penyebab kematiannya disebabkan oleh cuaca yang dingin dan kekurangan oksigen.
Aktivis berpendapat, respon pemerintah untuk membasmi praktek-praktek seperti sistem Chhaupadi dan perkawinan anak di wilayah Himalaya ini telah memadai. Namun Binita Bhattarai, jubir dari Pelayanan Kesejahteraan Perempuan Dan Anak mengakui betapa sulitnya perjuangan mereka mengganti sikap kuno masyarakat yang tidak dapat diubah dalam semalam.
“Butuh waktu untuk mengubah pola pikir dan sikap sosial masyarakat. Menghapus praktek-praktek kuno yang sudah terlanjur berakar ini merupakan sebuah proses,” tandasnya.
Kemalangan menimpa seorang perempuan asal Nepal. Roshani Tiruwa, remaja putri berusia 15 tahun yang bermukim di Desa Gajra, Daerah Acchman, kurang lebih 440 KM dari Kathmandu Barat, meninggal dunia karena diasingkan selama masa haid.
Hasil gambar untuk foto desa yang mengerikan dan orang wanita banyak yang meninggal
Di Nepal, setiap perempuan yang sedang datang bulan diharuskan menjalani ritual Chhaupadi, yang bila diterjemahkan secara bebas berarti “tidak tersentuh”. Chhaupadi dijalankan dengan cara mengasingkan diri. Selama masa menstruasi, perempuan dilarang masuk ke dalam rumah mereka sendiri. Alasannya? Karena mereka dianggap sedang tidak suci dan oleh karenanya, membawa sial.
Para pemuka agama yang dianut di sana tidak dapat menjelaskan mengapa perempuan mengalami siklus menstruasi setiap bulannya. Oleh sebab itu, lantas mereka menganggap darah haid adalah kotor dan merupakan ancaman bagi keselamatan jiwa. Wanita yang sedang mendapatkan siklus mens lalu dipaksa tidur dan tinggal di kandang, gudang, lumbung, atau pondok alakadarnya yang kotor, pengap tanpa ventilasi—setiap bulannya. Beberapa bahkan membuat gubuk kecil di bawah tanah.
Itulah rupanya yang dialami oleh Roshani Tiruwa. Sepertinya ia mati lemas. Ayahnya baru menemukan jasad Tiruwa hari Minggu pagi. Mayatnya terbujur kaku di dalam pondok yang terbuat dari lumpur, seperti dilansir dari dream.co.id (22/12/2016).
“Kami menunggu laporan otopsi untuk mengidentifikasi penyebab kematiannya. Kami percaya dia mati lemas. Korban menyalakan api untuk menghangatkan badan sebelum tidur di dalam kandang yang tidak ada ventilasi itu,” jelas Badri Prasad Dhakal, kepala kepolisian setempat, sebagaimana dikutip Reuters.
Wanita yang menjalani ritual Chhaupadi tidak boleh
mendekati rumah bahkan tidak diperbolehkan menggunakan air. Makanan dengan porsi sedikit diberikan dengan cara dilemparkan dari jarak yang terbilang “aman”, semacam “batas suci”. Tapi tanpa susu. Tidak diperbolehkan minum susu selama pengasingan.
Sebagai penutup ritual sehabis masa menstruasi,
jangan kaget; perempuan diharuskan meminum urine kerbau dan atau mencipratkan urine sapi ke sekeliling mereka. Sapi dan kerbau dianggap sebagai binatang suci. Tradisi penyucian dilakukan dengan menenggak air kencing hewan suci tersebut. Diharapkan kenajisan mereka akibat darah kotor akan lenyap, kesialam juga sirna, dan mereka pun kembali tahir. Dalam prosesnya, urine wajib diambilkan oleh perempuan yang belum menikah.
Sebenarnya ritual dan tradisi ini sudah dihilangkan oleh pemerintah sejak 2005. Bahkan 2006 pemerintah telah melakukan sweeping dan memusnahkan gubuk atau pondok tempat pengasingan selama haid untuk melakukan ritual Chhaupadi. Namun, penduduk setempat tetap melanjutkan menjalani ritual yang sudah ditradisikan ini. Gubuk serupa terus dibangun kembali. Karena tanpa gubuk, para wanita akan jadi lebih menderita lagi lantaran harus tidur di luar tanpa atap dan perlindungan.
Salah satu wilayah yang masih terus melanjutkan ritual ini adalah Kathmandu Barat. Lokasinya yang terletak di dataran tinggi Nepal, 1000 KM jaraknya dari Kathmandu ibu kota, membuat wilayah ini menjadi lebih terbelakang. Jangankan untuk mengakses pendidikan tinggi, akses jalan dan transportasi pun terbilang sulit. Para wanita muda di Khatmandu Barat rata-rata tidak bersekolah karena ekonomi lemah.
Sayang sekali. Jika saja penduduk dan perempuan setempat telah menerima pengetahuan seluk-beluk apa saja yang terjadi dalam organ reproduksi tubuh wanita tiap bulannya, maka kematian akibat Chhaupadi ini tidak perlu terjadi.
Sebelumnya, tradisi pengasingan diri ini juga pernah merenggut nyawa Sarmila Bhul, Februari 2014 silam. Diduga penyebab kematiannya disebabkan oleh cuaca yang dingin dan kekurangan oksigen.
Aktivis berpendapat, respon pemerintah untuk membasmi praktek-praktek seperti sistem Chhaupadi dan perkawinan anak di wilayah Himalaya ini telah memadai. Namun Binita Bhattarai, jubir dari Pelayanan Kesejahteraan Perempuan Dan Anak mengakui betapa sulitnya perjuangan mereka mengganti sikap kuno masyarakat yang tidak dapat diubah dalam semalam.
“Butuh waktu untuk mengubah pola pikir dan sikap sosial masyarakat. Menghapus praktek-praktek kuno yang sudah terlanjur berakar ini merupakan sebuah proses,” tandasnya.
KALAU ANDA MASIH PUNYA HATI MOHON DO'A NYA...SUNGGUH TERAGIS.!! GADIS DI DAERAH INI BANYAK YANG MENINGGAL KARENA M3NSTRUASI. MOHON BANTU SHARE AGAR BANYAK YANG MENDO'AKAN.
Reviewed by Unknown
on
06.28
Rating: